Loading Post...

You have reached the bottom. Let’s shuffle the article!

Post Not Found

Ade Putri Paramadita: Menemukan Cerita dalam Kopi

 In Coffee Conversations

AULIA MEIDISKA

Read in English

Ketika kita mengetahui cerita di balik suatu makanan atau minuman, kita dapat lebih menikmati dengan sepenuhnya. – Ade Putri

Bermuara pada bagaimana bercerita adalah cara untuk memberikan edukasi pada masyarakat, Ade Putri Paramadita memberikan suatu hal yang berbeda dalam mengulas makanan dan minuman. Di saat banyak orang berlomba-lomba menjadi food blogger, wanita yang juga adalah founder Beergembira.com ini enggan disebut blogger. Karena apa yang ia tulis bukan hanya ulasan makanan, melainkan beraneka ragam cerita tak terlihat di balik cita rasa yang ia cicipi. Kami menemui Kak Ade Putri untuk berbincang mengenai coffee storytelling, trend, dan saran-sarannya untuk anak muda yang sedang berbisnis kopi.

Bagaimana cara Kak Ade Putri mengawali cerita mengenai satu jenis makanan atau minuman?

Mengulas makanan terasa lebih mudah karena banyak yang bisa dieksplor. Tetapi tidak demikian dengan minuman! Minuman memiliki bahan yang lebih sedikit untuk bisa dijelaskan dalam cerita yang panjang. Jadi saya menemukan cara unik untuk tetap dapat menghasilkan cerita yan menarik. Biasanya saya akan mulai bercerita tentang karakter minuman tersebut. Contohnya pada kopi. Saya akan bercerita secara sederhana tentang bagaimana rasa kopi itu, lantas menambahkan tentang hidangan apa yang bisa disandingkan dengan kopi tersebut. Menurut saya dengan cara ini para pembaca terutama mereka yang cukup awam untuk urusan kopi akan lebih tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kopi.

Cek artikel Ternyata Bir dan Kopi Merupakan Perpaduan yang Nikmat! oleh Beergembira.

Ketika kita menceritakan makanan atau minuman, kita cari profile yang kira-kira lu (pembaca) tertarik.

Ceritakan dong pengalaman me-review kopi pertama kali.

Jujur saja, dulu saya bukan peminum kopi sama sekali. Dulu biasanya kalau ke gerai kopi paling cuma tahu memesan Frappuccino. Pertama kali diundang cupping adalah oleh Seniman. Menurut saya dulu semua rasa kopi sama saja. Cup pertama dan kedua yang yang sesap terasa sama: pahit. Lalu saat beralih ke yang ketiga di situlah saya baru sadar bahwa ternyata rasa kopi berbeda dan bahwa ternyata cup pertama dan kedua pun beda. Dengan menyesap kopi yang sama dalam waktu yang berdekatan dapat memudahkan saya dalam mendeskripsikan karakter kopi tersebut.

Lalu bagaimana akhirnya Anda berhasil menceritakan kembali rasa kopi?

Nah, saya harus mencoba kopi berjenis sama beberapa kali dalam waktu berdeketan. Karena ternyata saya menemukan kalau saya pesan satu jenis kopi misalnya piccolo di satu kafe lalu beberapa hari kemudian saya mencoba piccolo di tempat lain rasanya akan berbeda. Belum lagi kalau saya makan atau minum sesuatu sebelumnya. Sehingga dengan menyesap kopi yang sama dalam waktu yang berdekatan dapat
memudahkan saya dalam mendeskripsikan karakter kopi tersebut.

Adakah cara lain untuk membantu Anda menceritakan kembali sebuah profil minuman?

Cara lainnya adalah dengan diskusi dalam grup. Terkadang orang lain dapat memberikan inspirasi tentang profil minuman tersebut. Sesuatu yang tak terpikir sebelumnya. Itu juga mengapa setiap saya berada di coffee shop saya selalu bertanya banyak hal pada sang barista. Mulai dari biji kopi yang dia pilihan untuk saya hingga penentuan alat yang digunakan. Ini juga bisa jadi salah satu cara untuk mengapresiasi mereka secara tidak langsung, lho. Dalam segelas kopi terdapat banyak sekali kisah. Mulai dari petani kopi yang menanam hingga menuai, daerah di mana biji kopi itu diproduksi sampai ke tangan para barista yang nantinya akan mengolah biji kopi dengan alat-alat tertentu untuk menghasilkan sebuah rasa yang berbeda di setiap sesapannya. Menurut saya, dengan tidak menambah rasa pada kopi tersebut juga menjadi bagian dari apresiasi dan untuk benar-benar tahu rasa asli kopi tersebut.

Dalam segelas kopi terdapat banyak sekali kisah. Mulai dari petani kopi yang menanam hingga menuai, daerah di mana biji kopi itu diproduksi sampai ke tangan para barista yang nantinya akan mengolah biji kopi dengan alat-alat tertentu untuk menghasilkan sebuah rasa yang berbeda di setiap sesapannya.

Lalu sesuai pengamatan Anda sejauh ini, bagaimana tren kopi di tanah air, di ibu kota misalnya?

Budaya minum kopi tentu saja sedang menjadi sebuah tren. Mudah sekali membuat sebuah kafe baru di Jakarta karena budaya minum kopi itu sendiri. Sayangnya masih sedikit sekali orang-orang yang pergi ke coffee shop untuk mencari kopi enak. Kebanyakan orang khususnya para kaum Milenial mencari tempat dengan interior atau eksterior yang menarik saja untuk kepentingan konten media sosial. Hal ini tentu saja mempengaruhi cara berbisnis kopi. Pada akhirnya para pebisnis kopi terpaksa mengikuti permintaan pasar karena kurangnya penjualan.

Dan menurut Anda, kenapa hal ini bisa terjadi?

Para Milenial memang memiliki tingkat “ikut-ikutan” yang tinggi. Di saat tren tersebut sedang naik, mereka akan berburu lokasi-lokasi yang sering dikunjungi. Begitu juga ketika banyak generasi muda yang berbondong-bondong berniat menjadi barista. Faktanya, banyak dari mereka yang menjadikan posisi barista sebagai batu loncatan karena loyalitas yang rendah dan kurangnya pengetahuan mereka tentang industri ini. Padahal jika mereka mau mencari tahu lebih banyak tentang nilai-nilai kopi, banyak membaca tentang industri kopi, petani kopi maka pengetahuan tersebut dapat sangat berguna dalam jangka waktu yang panjang.

Apa pesan Anda untuk para generasi muda saat ini?

Saya berharap generasi muda dapat mengembangkan industri kopi lebih jauh. Terutama mereka yang berniat membuat kopi menjadi sebuah bisnis. Tolak pikir tentang kopi tidak hanya pada desain ruangan nan indah atau campuran apa yang bisa disertakan dalam gelas kopi. Saya percaya industri kopi akan jadi sesuatu yang besar untuk Indonesia. Mereka harus mulai memahami bahwa lewat integritas tinggi, mereka bisa memberikan edukasi pada masyarakat. Di samping itu, mereka juga harus mulai menyadari ke mana sebaiknya harga yang dibayarkan para pelanggan untuk secangkir kopi harus pergi.

Nah, apakah sekarang kalian tertantang untuk mencari cerita di balik secangkir kopi?

Baca juga, Coffee Conversation with Adi Taroepratjeka

AULIA MEIDISKA adalah penulis yang telah menulis untuk berbagai majalah gaya hidup, termasuk Cosmopolitan Indonesia, HighEnd Magazine dan hellobali. Kini ia menjalani hari-hari sebagai pekerja paruh waktu, menjadi penyiasat konten
sambil menyesap segelas-dua gelas kopi sehari.

Kopi Robusta Pupuan Semakin Melanglang Dunia
Wanita-Wanita Penggerak dari Kaki Gunung Semeru

Share and Enjoy !

0Shares


Start typing and press Enter to search