Loading Post...

You have reached the bottom. Let’s shuffle the article!

Post Not Found

Ruang apresiasi teater dan puisi di coffee shop

 In Coffee Conversations

Seniman Coffee Resident: Jalu Norva dan Teater Cakrawala

 

Teater adalah sebuah perencanaan rumah bagi kami. Ini adalah hal yang kami percaya bahwa suatu saat nanti kami bisa menyebut Teater Cakrawala sebagai rumah kami. Harapan ini kami bawa hingga sekarang, melaju menjadi salah satu peserta residensi di Toko Seniman. Residensi ini kami susun untuk memberikan ruang yang lebih familiar bagi orang-orang yang tidak dekat dengan dunia teater maupun sastra. Kami percaya bahwa hal yang kami tawarkan adalah sesuatu yang sangat mudah berterima di orang awam.

Kami ingin menawarkan sebuah ruang yang berbeda yang seringkali ditemui oleh orang-orang. Kami menawarkan sebuah ruang yang akan banyak mempelajari tentang hidup. Teater sangat berelevansi dengan pelajaran hidup, sering kali bagi kebanyakan pegiat teater, teater menjadi rumah yang melebihi rumah. Teater Cakrawala memang berbasis institusi pendidikan karena bernaung dalam prodi Sastra Indonesia di Universitas Udayana, tetapi kami tidak lantas menutup pintu bagi orang luar yang ingin menyambangi kami. Proses kami terbuka, bahkan tidak hanya orang yang gemar berteater dan bersastra, kami juga membutuhkan para pemisik, pelukis handal, penjahit, atau bahkan hanya sekadar menonton keseharian kami. Teater adalah sebuah ruang multitafsir dan multidisiplin.

Pementasan musikalisasi puisi oleh teater Cakrawala di rooftop Toko Seniman

Residensi  di Toko Seniman adalah hal yang sangat kami syukuri karena tidak banyak perhatian kepada kami yang sedang bertumbuh untuk berkarya secara mandiri. Namun, Toko Seniman  memberikan kesempatan pada kami dengan dukungan yang sangat penuh. Bukan hanya ruang, tetapi dengan segala kebutuhan lain, properti, waktu, dan keberkenanan untuk kami mengganggu kesibukan para staff maupun managemen. Terima kasih mungkin adalah kata yang belum cukup mewakili perasaan kami. Kami berharap semoga tidak ada nada akhir atas kegiatan ini.

Kami menawarkan empat buah tajuk yang kami hadirkan di setiap minggu di bulan Juli. Pertama adalah Dramatik Reading. Kegiatan ini langkah pertama kami mengenalkan tentang apa itu teater serta hubungannya dengan naskah. Kegiatan ini selain sebagai bentuk edukasi juga kami manfaatkan sebagai pra kegiatan dari rencana pementasan tunggal kami yang rencananya akan dilakukan pada bulan Agustus. Naskah yang berjudul Bila Malam Bertambah Malam adalah naskah yang kami pilih, naskah ini dibuat oleh salah satu maestro teater yang berasal dari Bali, yaitu Putu Wijaya. Kami ingin mengenalkan tentang naskah serta proses penafsirannya hingga menjadi sebuah dialog yang memiliki motif dan dinamika, yang mana hal inilah yang nantinya akan menjadi pembeda dari sekadar membaca naskah secara mandiri. Kegiatan ini dipandu sutradara serta para aktor yang memerankan 4 tokoh dalam drama tersebut.

Baca juga: Aktivasi kedai kopi sebagai ruang publik melalui kultur zine.

Kedua adalah sebuah kegiatan tentang berpuisi. Kami yakin semua orang mengenal puisi, tetapi kami ragu bahwa semua orang mampu “memahami” puisi. Yang kami maksud memahami adalah tentang proses tafsir dari puisi yang dibaca ataupun yang ditulis. Sehingga tajuk yang kami tawarkan adalah cipta dan baca puisi. Kami mengawali dengan sebuah diskusi kecil tentang cara mendefinisikan puisi, bahwa puisi tidak selalu berbentuk tulisan. Puisi adalah apa yang diinginkan penciptanya. Kami mengajak para peserta untuk membaca dan menuliskan puisi mereka sendiri.

Ruang bebas kami ciptakan untuk menampung segala yang ingin dilakukan oleh peserta. Proses yang sangat dalam kalau boleh kami katakan, para peserta tidak hanya membuat, tetapi mereka mampu menceritakan tentang proses keterbentukan puisi-puisi mereka. Banyak hal yang menarik, ada seorang yang menuliskan puisi tentang keyakinannya dengan akhir sebuah pertanyaan pelik bagi kami, atau seorang laki-laki yang masih menunggu sebuah jawaban, serta ada juga sebuah puisi yang tertulis oleh dua manusia yang tiba-tiba mampu muncul dengan ujung yang jenaka. Kembali lagi puisi adalah tentang apa yang “ditulikan” oleh pengarangnya. Apapun mampu menjadi puisi, dan puisi mampu menjadi apapun.

Seorang membacakan puisi dalam sesi cipta dan baca puisi

Ketiga adalah ruang transformasi puisi. Maksudnya adalah kami membawa puisi ke sebuah media lain yaitu musik. Kami atau kebanyakan orang menyebutnya dengan musikalisasi puisi. Memberikan interpretasi nada pada sebuah puisi. Puisi yang awalnya berbentuk tulisan ternyata mampu mendapat respon oleh media yang lain, salah satunya adalah musik. Kegiatan ini kami fokuskan tentang proses interpretasi puisi untuk dapat menemukan celah sehingga musik dapat masuk ke ruang puisi tersebut. Kami mengajak seorang teman yang mampu menginterpretasikan puisi ke dalam sebuah nada. Kami menampilkan beberapa puisi yang telah kami lagukan serta melakukan praktik kecil bersama para peserta. Ternyata nada mampu memberikan sesuatu yang sangat kuat dalam memaknai sebuah puisi.

Keempat adalah yang terakhir. Kami ingin membumikan segala hal yang kami sampaikan melalui sebuah pementasan yang nyata, kami mencoba berproses dan memasukkan semua elemen yang kami tawarkan dalam kegiatan yang lalu, baik teater, puisi, maupun musik. Pentas ini adalah sebuah mini konser yang ingin kami persembahkan kepada seluruh penonton. Kami membawa 3 buah musikalisasi puisi, 2 berbahasa Bali dan 1 berbahasa Indonesia. Musikalisasi ini adalah puncak residensi kami, menawarkan hiburan sekaligus berbagai hal tentang sastra, music dan drama. Di akhir penampilan kami menampilkan bukan hanya kolaborasi puisi dan musik saja, tetapi juga sebuah penampilan dramatik sederhana.

Satu bulan kami berproses di Toko Seniman, tetapi ini bukan akhir. Proses kami masih panjang. Ini adalah perhentian sejenak untuk menggaungkan nama kami dalam kolaborasi ini. Semoga kalian semua mulai menantikan kehadiran kami dan semoga kita segera berjumpa kembali, paling tidak di pewara nanti. Akhir Agustus 2023, teater Cakrawala dalam naskah Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya.

 

Apa itu Seniman Coffee Residensi? Program ini mengajak para pegiat kopi, artis, designer, penulis, dll untuk melakukan eksplorasi tentang kopi. Peserta boleh memiliki background kopi maupun tidak. Cari tahu lebih lanjut di: Seniman Residency

 

Baca juga: Mas Nogo Ngopi Rakyate Ayem

Mengenal proses kopi anaerob
Berkolektif menuju kompetisi cup taster

Share and Enjoy !

0Shares


Leave a Comment

Start typing and press Enter to search