Loading Post...

You have reached the bottom. Let’s shuffle the article!

Post Not Found

A Sonic Brewing Experience

 In Coffee Conversations

Seniman Coffee Resident: Helmi Addibani 

Musik dan kopi

Dalam kesempatan residensi di Seniman kopi, saya ingin menggabungkan dua topik yang saya geluti beberapa tahun ini yaitu musik dan kopi.

[foto: customer Toko Seniman sedang mencoba experience menikmati kopi dan bunyi]

Eksperimen kopi dengan Musik Preliminary research

Dalam point pertama saya mengembangkan gagasan dari peneliti psikologi eksperimental Universitas Oxford Charles Spense mengenai “Sonic Seasoning,” di mana frekuensi suara dapat mempengaruhi indra pengecap. Banyak riset yang pernah dilakukan tentang konsep ini tetapi tidak secara spesifik di kopi. Sehingga saya merasa ini adalah peluang untuk saya menguji itu. Pada penelitian ini saya dibantu oleh Profesor psikologi dari TU Chemnitz.

Hipotesis

Hipotesis pada eksperimen ini adalah:

  1. Pada saat mendengarkan frekuensi rendah, subjek akan merasa kopi tersebut lebih pahit.
  2. Pada saat mendengarkan frekuensi tengah, subjek akan merasa kopi tersebut lebih gurih.
  3. Pada mendengarkan frekuensi tinggi, subjek akan merasa kopi tersebut lebih manis dan asam.

Selain dari 3 hipotesis tersebut, ada juga efek psikologi yang mempengaruhi rasa tersebut, yaitu jika subjek tersebut menyukai frekuensi suara yang didengarkan, maka subjek akan cenderung merasakan kopi tersebut lebih manis. Sebaliknya, jika subjek tidak menyukai frekuensi tersebut, maka kopi akan terasa lebih pahit.

Tantangan

Pada awalnya eksperimen ini akan dilakukan sebagai eksperimen tidak terkontrol. Setelah melakukan beberapa tes awal pada experimen ini, terdapat perubahan rencana karena ada beberapa faktor tambahan yang harus dipertimbangkan. 

Faktor tersebut adalah: subjek diharuskan untuk mengenakan headphone yang sudah disediakan sehingga “frequensi response” dapat terdengar secara jelas tanpa tercampur dengan suara dari speaker di Toko Seniman. 

Selain itu, pemilihan tempat dan gelas juga dapat mempengaruhi persepsi subjek terhadap ekspektasi rasa kopi itu sendiri. Contohnya, gelas atau cangkir yang berat membuat orang merasa body minuman tersebut lebih tebal. Priming atau cover story juga diperlukan terhadap subjek agar subjek tidak berpikir bahwa kopi-kopi tersebut adalah kopi yang sama.

Baca juga: Rasa Itu!

Proses pencarian suara

Bagian ini merupakan bagian yang paling tricky. Progresi nada memiliki tendensi mempengaruhi mood pendengarnya. Jadi bagaimana menciptakan musik tanpa mempengaruhi mood pendengar? Untuk meminimalisir perubahan mood pada pendengar, maka suara yang digunakan di eksperimen ini merupakan susunan nada yang sama, hanya perbedaan octave. 

Walaupun demikian, octave rendah akan tetap memiliki kesan gloomy dan suara frekuensi tinggi akan dirasakan lebih keras (volume) walaupun semua frekuensi pada volume yang sama. Maka dari itu ada teori bernama Equal loudness contour (gambar 1) yang mana

frekuensi di atas 1000 Hz akan terdengar lebih keras dibanding frekuensi di bawah 1000 hz. Maka, ketiga sampel suara yang digunakan harus diatur volumenya agar tidak membuat subjek tidak nyaman ketika melakukan eksperimen.

Proses pencarian blend kopi

Di awal residensi, saya mencari blend kopi yang balance untuk eksperimen ini. Dari tingkat manis, keasaman, body, dan intensitas harus seimbang, di mana rasa tersebut tidak terlalu dominan sehingga menutupi rasa yang lain. Contohnya, jika kopi tersebut sudah sangat manis, rasa tersebut tidak dapat di-enhance dengan frekuensi suara sehingga tidak akan terlihat adanya perubahan pada saat subjek mendengar frekuensi tertentu. Kesulitannya bagi saya pribadi adalah mencari blend kopi yang diperlukan, bukan blend kopi yang enak.

Proses pencarian metode brewing

Di sini eksplorasi metode brewing digunakan agar kopi dapat diseduh secara berulang-ulang dan mengantisipasi jika kopi dibutuhkan dalam waktu dekat. Ditambah juga dengan pertimbangan bahwa rasa kopi tersebut tidak akan berubah secara sendirinya karena perubahan temperatur. Sebagai contoh, rasa kopi akan semakin asam saat dikonsumsi pada suhu rendah, sehingga pada saat eksperimen ini dilakukan, rasa kopi itu sendiri tetap konstan dari sampel pertama ke sampel terakhir.

Untuk kebutuhan eksperimen ini saya memodifikasi tehnik “Japanese Brewing” dengan menggunakan grind size yang lebih kasar daripada Japanese Brewing Method sehingga kopi tidak terlalu pekat. Hal ini karena takaran es batu yang digunakan dikurangi setengah dari yang biasa digunakan. Sehingga, pada saat selesai menyeduh, suhu kopi akan langsung berada di suhu ruangan dan kopi dapat langsung digunakan untuk eksperimen tanpa harus menunggu sampai pada titik suhu ruangan.

[foto: Helmi dan Jko sedang melakukan eksperimen menyeduh dan merekam bunyi]

Proses pelaksanaan eksperimen

Eksperimen diadakan di Toko Seniman, di mana subjek memasuki ruangan yang terisolasi dari suara luar. Di ruangan tersebut terdapat 4 botol kopi berisi kopi yang sama dan 5 gelas (1 berisi air putih). Setelah subjek membaca instruksi, subjek diminta memakai headphone dan mulai mencicipi kopi yang disediakan dan mengisi lembar kuesioner untuk kopi tersebut.

Susunan suara yang didengarkan akan berbeda-beda untuk setiap subjek eksperimen, karena susunan tersebut sudah dibuat random. Setelah selesai dengan satu kopi, kemudian subjek lanjut untuk mencicipi kopi selanjutnya dan mendengarkan suara yang berbeda lagi. Proses tersebut berlanjut hingga kopi terakhir. Setelah selesai, subjek diberikan lembar penjelasan tentang eksperimen tersebut.

Kesimpulan sementara

Total subjek experiment berjumlah 39 orang yang mana 29 pria dan 10 orang Wanita dengan rentang umur antara 20 tahun hingga 52 tahun.

 

  • Frekuensi Suara Terhadap Rasa

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Suka atau tidaknya Frekuensi Suara terhadap rasa

Grafik di bawah ini menunjukan adanya kecenderungan bila subjek menyukai suara yang didengarkan saat meminum kopi, maka akan berpengaruh dengan suka atau tidaknya kopi itu sendiri. Dari segi rasa, dapat disimpulkan juga bahwa jika subjek tidak menyukai frekuensi suara yang didengarkan, maka, kopi tersebut akan dirasa lebih pahit. Sebaliknya, jika subjek menyukai frekuensi yang didengarkan, maka kopi yang diminum akan terasa lebih manis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[foto: acara pertunjukan musik “roast & respone” bersama musisi experimental Bali]

Apa itu Seniman Coffee Residensi? Program ini mengajak para pegiat kopi, artis, designer, penulis, dll untuk melakukan eksplorasi tentang kopi. Peserta boleh memiliki background kopi maupun tidak. Cari tahu lebih lanjut di: www.senimancoffee.com/residency

Tips Memilih Mesin Espresso Second Hand
Coffee cherry? From waste to gluten-free flour

Share and Enjoy !

0Shares


Leave a Comment

Start typing and press Enter to search